Mikroplastik dalam Hujan: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita
- Redaksi

- 22 Nov
- 3 menit membaca
Diperbarui: 2 hari yang lalu
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa masyarakat perlu berwaspada terkait masuknya puncak musim hujan yang sudah mulai muncul di sebagian besar wilayah Indonesia. Sebagian besar wilayah yang memasuki puncak musim hujan ialah wilayah pulau Jawa, meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Jakarta hingga sebagian wilayah Jakarta. Maka dari itu, dalam beberapa waktu terakhir, wilayah-wilayah tersebut sering dilanda hujan, baik itu hujan dengan intensitas sedang ataupun lebat.
Namun, kabar menyedihkan adalah air hujan yang turun mengandung mikroplastik. Mikroplastik kini ditemukan tak hanya di laut atau makanan, tapi juga di air hujan. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, partikel plastik berukuran sangat kecil itu telah terbawa angin dan turun bersama air hujan di wilayah Jakarta. Menurut World Health Organization (WHO), mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena ukurannya yang sangat kecil dan sulit terurai, partikel ini bisa bertahan lama di lingkungan serta berpindah dari udara ke tanah, hingga ke air.
Jenis-jenis Mikroplastik
Secara umum, mikroplastik terbagi menjadi dua jenis. Pertama, mikroplastik primer, yakni partikel yang sejak awal berukuran kecil seperti microbeads dalam kosmetik dan pembersih. Kedua, mikroplastik sekunder yang berasal dari pecahan plastik berukuran besar seperti kantong plastik, botol minum, atau jaring nelayan. Temuan BRIN ini menunjukkan mikroplastik sudah menjadi bagian dari siklus lingkungan.
Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri. Kemudian, partikel ini terbawa ke atmosfer dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia. Mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.
Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan. Menurut ahli, air hujan itu pada umumnya cenderung tidak berbahaya. Namun, udara yang mengandung mikroplastik dan terhirup manusia dapat membahayakan sistem pernapasan.
Studi global menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menimbulkan dampak kesehatan serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan.
Dampak Langsung Mikroplastik pada Kesehatan
Iritasi Saluran Napas
Partikel besar (>5 mikrometer) dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan. Ini dapat menimbulkan gejala seperti bersin, hidung berair, dan sakit tenggorokan.
Peradangan dan Stres Oksidatif
Partikel yang lebih kecil dapat mencapai saluran napas bawah dan alveoli. Ini dapat menyebabkan peradangan, stres oksidatif, dan pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) yang dapat merusak sel.
Gejala Pernapasan
Peningkatan iritasi dapat memicu gejala seperti batuk, dahak berlebih, dan sesak napas.
Apa yang Terjadi pada Paru-paru saat Menghirup Mikroplastik?
Menurut spesialis paru dr. Agus Susanto, SpP(K), mikroplastik yang berada di udara dan terhirup dapat menimbulkan dampak berbeda tergantung pada ukuran partikelnya. Partikel dengan ukuran di atas 5 mikrometer umumnya hanya mencapai saluran napas atas. Ini dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kondisi ini menimbulkan keluhan seperti hidung berair, rasa gatal di hidung, sakit tenggorokan, dan batuk.
Sementara itu, mikroplastik berukuran antara 0,5 hingga 5 mikrometer dapat mencapai saluran napas bawah hingga alveoli paru. Paparan pada area ini dapat menimbulkan iritasi dan peradangan di saluran napas bawah maupun jaringan paru. Ini memicu gejala batuk, dahak berlebihan, dan sesak napas. Dalam jangka panjang, terinhalasi atau terhirup mikroplastik pada saluran napas bawah berpotensi menimbulkan penyakit paru seperti asma, Penyakit paru kronik (PPOK), peradangan paru/pneumonitis, penyakit fibrosis paru, dan bahkan kanker paru.
Kesimpulan: Pentingnya Kesadaran akan Mikroplastik
Kita harus lebih sadar akan keberadaan mikroplastik dalam lingkungan kita. Dengan memahami dampak negatifnya, kita bisa mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan kita dan keluarga. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan adalah langkah awal yang baik. Selain itu, penting untuk menjaga kesehatan secara holistik, seperti yang dianjurkan oleh dokter Zaidul Akbar. Kesehatan tidak hanya fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Mari kita bersama-sama berkontribusi untuk lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, kita bisa menciptakan perubahan yang lebih besar untuk kesehatan kita dan generasi mendatang.






























Komentar