top of page

ANAK ADALAH INVESTASI AKHIRAT ORANGTUA

ree

Ketika mendengar kata ‘Investasi’ yang ada dibenak kita adalah menanamkan atau menempatkan modal baik itu harta atau aset lainnya pada suatu perusahaan atau lembaga dengan harapan adanya keuntungan yang didapat. Namun ada sebuah investasi yang menguntungkan di dunia maupun di akhirat yaitu investasi ‘anak’. Anak merupakan investasi akhirat karena do’a anak shaleh dapat mengalirkan pahala bagi orang tua yang sudah meninggal dunia dan keturunan yang shaleh dapat menjadi penyejuk mata serta penghubung ke surga bagi orangtuanya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih.” (HR. Muslim)


Mempunyai keturunan yang shalih adalah harapan bagi setiap orang tua. Saat orang tua tiada, anak yang shalih akan terus mendapatkan manfaatnya berupa do’a. Selain manfaat dari do’a , adapula amalan anak yang bermanfaat bagi orang tua. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ


Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud)


Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan solusi dalam menghasilkan anak untuk investasi akhirat bagi orang tua, maka diperlukan kiat-kiat dalam mencapai hal tersebut.


  1. Mendo’akan Anak


Dengan do’a, tujuan mendapatkan anak shalih dapat terwujud. Do’a orang tua terhadap anak  merupakan hal yang sangat penting, karena keshalihan anak didapat dari taufik dan petunjuk Allah.


مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ


Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’Raf:178)


Nabi Ibrahim ‘alaihiwasallam memberikan contoh do’a kepada anaknya:


رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء


“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku.”


Maka sebagai orang tua harus senantiasa mendo’akan yang terbaik untuk anaknya. Do’a orang tua adalah do’a yang mustajab. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu álaihi wa sallam bersabda,


ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ


“Ada tiga do’a yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu do’a orang tua, do’a orang tua yang berpergian (safar) dan do’a orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud)


  1. Menjadi Contoh yang Baik untuk Anak


Perilaku anak tergantung pada perilaku orang tuanya, karna anak dapat menirukan apa yang orang tuanya lakukan dengan mengamati menggunakan mata, mendengar dengan telinga dan mencerna dengan pikirannya. Kalau orang tua menginginkan anak yang shalih maka orang tua juga harus memperbaiki diri. Keshalihan orang tua berpengaruh pada anak, seperti kisah dua anak yatim yang mendapat penjagaan Allah karena ayahnya adalah orang yang shalih, dalam surat Al-Kahfi ayat 28 yang artinya ”Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih”. Anak yang shalih membutuhkan bimbingan dan arahan kedua orang tuanya dengan kata-kata yang membekas di hati. Mengajarkan tauhid dan ibadah kepada anak itu penting, salah satunya seperti memerintahkan mereka untuk shalat, karna saat di akhirat nanti anak akan menuntut orang tuanya dengan mengatakan “Ya Rabbi, ia tidak menyuruhku shalat!” apabila orang tua tidak membimbingnya untuk shalat. Selain orang tua, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang baik berpengaruh terhadap keshalihan anak agar dapat terbentuk kepribadian dan tumbuh kaidah iman dan islam.


  1. Menanamkan Iman pada Anak


Dalam islam merupakan pembenaran dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dalam tindakan fisik, dan bersifat dinamis, dapat berkurang atau bertambah. Iman dapat diibaratkan dengan pohon, apabila akar-akarnya kuat maka ketika diterpa angin kencang pohon tersebut tidak akan terombang-ambing dan mudah roboh, ketika tauhid dan ibadah kita kuat maka iman tidak akan goyah disaat ada godaan. Dalam surat Luqman ayat 13 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Iman kepada Allah merupakan pondasi utama dalam pembentukan karakter anak. Anak harus paham bahwa ia diciptakan di bumi ini hanya untuk beribadah kepada Allah semata. Beribadah kepada Allah ini harus diiringi kepatuhan, tunduk dan menerima segala aturan yang telah Allah tetapkan. Oleh karna itu anak harus tahu siapa Rabbnya dan bagaimana ia mengenalnya


Apabila anak kita tumbuh menjadi anak yang shalih, maka Allah akan memasukkan orang tuanya ke dalam syurga. Akan tetapi, jika anak kita taat kepada Allah, maka akan menjadi penghalang kita dan menjadi jurang kesengsaraan untuk dimasukkan ke dalam api neraka, karena kelalaian kita di dunia. Oleh karena itu orang tua wajib mendidik dan menanamkan dasar-dasar agama islam kepada anak, agar anak kita menjadi anak yang shalih dan shalihah yang taat kepada Allah dan Rasul Nya. 

Komentar


bottom of page