top of page

WASPADAI FENOMENA BATUK REJAN (PERTUSIS)

ree

Ramai di media sosial banyak masyarakat mengeluhkan batuk dan pilek. Banyak masyarakat mengalami gejala hidung tersumbat, tenggorokan gatal hingga demam ringan yang tak kunjung membaik. Menurut guru besar bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K) mengatakan belakangan ini memang banyak yang mengeluhkan dengan gejala seperti COVID, tetapi umumnya tak melakukan tes PCR. Terkait pemicunya hal ini berkaitan dengan perubahan cuaca ekstrem, seperti pada musim pancaroba atau musim hujan, karena virus lebih mudah menyebar dan daya tahan tubuh menurun. Akhir-akhir ini, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab peningkatan kasus batuk pilek dan penyakit pernapasan lainnya di Indonesia. Namun kita harus mengenali dulu apa itu batuk, penyebab dan pencegahannya.


Batuk itu Apa?

Batuk adalah respons refleks alami tubuh untuk mengeluarkan zat iritan, lendir atau benda asing dari saluran pernapasan (tenggorokan dan paru-paru). Mekanisme ini bertindak sebagai sistem pertahanan untuk membersihkan saluran napas dan mencegah infeksi. Batuk dapat dikategorikan berdasarkan jenisnya (kering atau berdahak) atau durasinya (akut, subakut atau kronis).


Bagaimana Batuk terjadi?

  • Iritasi: Sesuatu di saluran pernapasan, seperti debu, asap, virus atau lendir, mengiritasi atau menyumbat saluran napas

  • Sinyal ke Otak: Saraf di tenggorokan dan saluran pernapasan mengirimkan sinyal ke otak

  • Respons Tubuh: Otak merespons dengan mengirimkan perintah ke otot-otot di dada dan perut untuk berkontaksi

  • Pengeluaran Udara: Udara kemudian dihembuskan dengan kuat dan cepat, mendorong keluar zat yang mengganggu dari saluran napas


Penyebab Batuk

  • Iritasi Saluran Napas: Tubuh bereaksi terhadap zat asing yang mengiritasi saluran napas dengan batuk untuk mengeluarkannya

  • Infeksi Saluran Napas: Infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada saluran napas

  • Penyakit Kronis: Kondisi jangka panjang yang memengaruhi saluran pernapasan

  • Kondisi Medis Lain: Masalah kesehatan lain seperti refluks asam lambung yang bisa memicu batuk

  • Efek samping Obat-obatan: Beberapa obat dapat menyebabkan batuk sebagai efek sampingnya


Salah satu batuk yang sangat menular adalah batuk rejan yaitu batuk yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusiss. Batuk rejan (whooping cough) biasanya ditandai dengan rentetan batuk keras yang terjadi secara terus menerus. Umumnya, batuk rejan sering diawali dengan bunyi tarikan napas panjang melengking khas yang terdengar mirip ā€œwhoopā€. Kondisi ini menyebabkan penderitanya sulit bernapas. Kasus batuk rejan (pertusis) di Indonesia dilaporkan meningkat, dengan jumlah kasus tertinggi dengan kejadian luar biasa (KLB) dilaporkan di 30 dari 38 provinsi. Menurut IDAI, ada beberapa penyebab lonjakan kasus pertusis di Indonesia, seperti cakupan imunisasi yang rendah, kekebalan yang berkurang, kurangnya deteksi kasus. Pertusis (batuk rejan) umumnya menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun, tetapi jumlah dan proporsi kasus yang melibatkan orang dewasa meningkat selama dekade terakhir. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2024, kasus pertusis ditemukan di 132 kabupaten/kota di 26 provinsi di Indonesia. Peningkatan kejadian dan pergeseran demografis menunjukkan bahwa remaja dan orang dewasa kini menjadi reservoir utama pertusis di masyarakat. Hal ini karena kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi mulai menurun sejak usia 5 tahun.


Penyebab Batuk Rejan

Batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis di saluran pernapasan. Bakteri ini menyebar ketika seseorang menghirup percikan ludah (droplet) penderita batuk rejan atau menyentuh benda yang terpapar.


Risiko pada Kelompok Tertentu

Semua orang bisa terkena batuk rejan, tetapi risiko terkena penyakit ini lebih tinggi pada beberapa orang dengan kondisi di bawah ini:

  • Bayi di bawah 6 bulan: Kelompok ini sangat rentan, karena mereka belum bisa mendapatkan vaksinasi lengkap dan berisiko tinggi mengalami komplikasi serius seperti pneumonia, kejang, dan kesulitan bernapas.

  • Wanita Hamil: Kehamilan menjadi faktor risiko dan vaksinasi batuk rejan bagi ibu hamil sangat penting untuk melindungi bayi baru lahir dari penularan penyakit di bulan-bulan paling awal dan rentan.


Gejala Batuk Rejan

  • Fase Awal (Kataris): Pada tahap awal, gejala batuk rejan berlangsung selama 1-2 minggu dan biasanya serupa dengan gejala batuk pilek. Meski gejalanya ringan, pada tahap awal ini penderita berisiko menularkan bakteri ke orang lain melalui percikan ludah saat batuk atau bersin

  • Fase lanjut (Paroksismal): Setelah tahap awal, penderita batuk rejan mengalami gejala tahap lanjut yang berlangsung selama 1-6 minggu. Pada tahap ini, gejala yang dialami bisa makin memburuk dan menimbulkan beragam keluhan, seperti batuk keras terus-menerus, wajah tampak memerah, muntah setelah batuk, merasa sangat lelah setelah batuk, kesulitan mengambil napas. Selain makin memburuk, durasi batuk rejan pada tahap lanjut bisa berlangsung lebih dari 1 menit. Frekuensinya juga menjadi lebih sering, terutama di malam hari.

  • Fase Pemulihan (Convalescent): Tahap pemulihan batuk rejan bisa berlangsung selama 2-3 minggu. Pada tahap ini, tingkat keparahan dan frekuensi gejala mulai mereda secara bertahap. Namun, batuk bisa kambuh selama beberapa bulan jika penderita mengalami infeksi saluran pernapasan.


Obat Alami Batuk Rejan

Beberapa herbal untuk membantu mengatasi betuk rejan, seperti:

  • Madu: Madu adalah obat batuk kering alami yang banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat. Penelitian membuktikan bahwa madu dipercaya lebih efektif meredakan batuk daripada obat batuk yang dapat dibeli secara bebas. Untuk mendapat manfaat madu sebagai obat batuk kering. Anda bisa mencampur dua sendok madu ke dalam satu gelas air hangat, teh atau perasan lemon.

  • Jahe: Jahe menjadi salah satu bahan alami yang memiliki sifat antiinflamasi. Sifat ini membantu dalam meredakan batuk secara alami. Sebuah penelitian pada tahun 2015 dalam jurnal Chronic Respiratory Disease, meneliti sepuluh bahan alami termasuk jahe untuk pengobatan alami.

  • Jeruk Nipis: Jeruk nipis terkenal sebagai salah satu bahan alami untuk mengatasi batuk. Hal ini terjadi karena dalam buah ini terdapat asam sitrat yang mampu mengencerkan dahak sehingga batuk dapat membaik.

  • Kunyit: Melansir dari Journal of The Science of Food and Agriculture, kunyit memiliki sifat antiinflamasi yang bisa meredakan batuk. Kunyit bisa dikonsumsi dalam bentuk air perasan atau bubuk. Air perasan kunyit bisa ditambahkan air hangat dan madu. Bubuk kunyit bisa dikonsumsi dengan campurkan susu hangat.

Komentar


bottom of page