Kembali ke Sanad, Kembali ke Alam: Klinik Al-Fatihah untuk Para Imam
- Redaksi

- 2 Sep
- 3 menit membaca

Di antara rindangnya pepohonan dan kicau burung di Semplak Barat, Kabupaten Bogor, sekelompok lelaki berkumpul di Masjid Pemuda Langit pada suatu Sabtu pagi. Mereka datang dari berbagai penjuru—ada yang imam masjid, ada yang imam keluarga, ada pula guru ngaji. Mereka duduk di lantai masjid, bersila, menyimak dengan khidmat setiap lantunan ayat yang dibacakan oleh Ustadz Abu Amr. Suara itu bergema, jernih, menyentuh relung-relung hati. Inilah "Klinik Al-Fatihah Gratis"—sebuah ikhtiar untuk mengembalikan kemurnian bacaan umat Islam yang paling fundamental, alhamdulillah FIXME berkesempatan membantu sekaligus mengajak masyarakat untuk kembali lagi kealam sebagai rasa syukur.
Acara yang digelar pada 30 Agustus 2025 itu bukan sekadar pengajian biasa. Ia adalah pelatihan khusus yang menyasar para pemegang amanah suara dalam shalat berjamaah. Materinya tunggal namun mendalam: membenahi bacaan Surat Al-Fatihah sesuai dengan kaidah sanad yang bersambung hingga Rasulullah SAW.
Pematerinya, Ustadz Abu Amr (Jusmin Nuryadin, S.Ag, C.AQ, C.QP), bukanlah sembarang pengajar. Ia adalah pemegang ijazah sanad Qira'at Riwayah Hafsh dan Syu'bah—sebuah "sertifikasi" langka yang menjamin keotentikan bacaannya.
Mengapa Klinik Khusus untuk Imam?
Al-Fatihah adalah jantungnya shalat. Ia dibaca minimal 17 kali sehari oleh setiap muslim yang menunaikan shalat wajib. Kesalahan dalam membacanya bukan hanya berpotensi membatalkan shalat, tetapi juga—dalam kasus-kasus tertentu—dapat mengubah makna dari pujian menjadi penghinaan kepada Allah.
Seperti diingatkan oleh Ustadz Abu Amr, kesalahan fatal sering terjadi pada pelafalan huruf-huruf mahraj yang khas. Misalnya, kata "Alhamdulillah" (segala puji bagi Allah) bisa berubah menjadi "Alhamdul lihalah" (segala kehancuran bagi Allah) jika huruf "ha" tidak dikeluarkan dari tenggorokan dengan benar. Demikian pula, "Robbil 'aalamiin" (Tuhan semesta alam) bisa bermakna "Tuhan yang menyakiti" jika huruf "ain" tidak dilafalkan dengan tepat.
"Para imamlah yang menjadi panutan bacaan bagi jamaah. Jika imam salah, maka seluruh jamaah ikut terseret dalam kesalahan yang terus terulang," tegas Ustadz Abu Amr.
Semangat Kembali ke Alam dalam Ilmu
FIXME, sebagai sponsor pendukung, menghadirkan program ini dengan filosofi "kembali ke alam"—kembali kepada cara-cara tradisional dalam mempelajari dan menjaga kemurnian Al-Qur'an. Dalam hal ini, "alam" berarti metode talaqqi yang santun dan langsung, di mana guru dan murid bertatap muka, bersuasana kekeluargaan, dan jauh dari hiruk-pikuk dunia digital.
"Kami ingin mengajak masyarakat kembali kepada cara-cara alamiah dalam menimba ilmu agama. Ilmu Al-Qur'an, terutama yang berkaitan dengan bunyi dan pelafalan, tidak bisa dipelajari melalui rekaman atau virtual saja. Ia harus disampaikan secara langsung, dari mulut ke telinga, dengan penuh adab dan penghormatan," jelas perwakilan FIXME.
Antusiasme dan Dahaga akan Ilmu yang Benar
Kuota peserta yang terbatas pun dibanjiri pendaftar. Antusiasme ini mencerminkan sebuah kesadaran baru di kalangan para imam: bahwa pengalaman puluhan tahun menjadi imam tidak serta-merta menjamin kebenaran bacaan.
Seorang peserta yang telah 15 tahun menjadi imam masjid mengaku terkejut. "Selama ini saya merasa bacaan saya sudah benar. Ternyata, setelah disetor langsung kepada guru yang memiliki sanad, ada beberapa kesalahan fatal yang tidak saya sadari," ujarnya.
Motivasi mereka hadir beragam. Ada yang ingin memastikan kebenaran bacaannya, ada yang ingin meraih pahala tholabul ilmi, dan ada pula yang berharap bisa mengajarkannya kembali kepada anak-anak dan murid-murid TPA.
Hanya Mukadimah Menuju Kelas Itqan
Pertemuan selama empat jam itu hanyalah pembuka. Panitia menyebutnya sebagai "mukadimah"—pengantar untuk kelas-kelas lanjutan yang lebih intensif.
"Untuk membenahi Al-Fatihah secara tuntas, idealnya dibutuhkan delapan pertemuan. Satu pertemuan untuk satu ayat, dengan peserta maksimal 10-15 orang agar perhatian guru bisa fokus kepada setiap individu," jelas perwakilan panitia.
Rencananya, setelah Al-Fatihah tuntas, program akan dilanjutkan dengan pembenahan bacaan Juz 30, dimulai dari Surah An-Nas hingga An-Naba. Metode yang dipakai pun akan lebih fleksibel: tidak hanya di Masjid Pemuda Langit, tetapi juga roadshow ke masjid-masjid perkantoran, sekolah, dan perumahan.
Melawan Arus Distorsi dengan Sanad
Di era digital di mana ilmu bisa diakses dengan mudah secara online, para penyelenggara justru memilih metode tatap muka. Alasannya klasik namun fundamental: ilmu agama—terutama yang berkaitan dengan bunyi dan pelafalan—memerlukan transfer yang langsung, dari mulut ke telinga, untuk menjaga keotentikannya.
"Sinyal yang terputus, audio yang tidak jernih, bisa mengaburkan kejelasan pengucapan. Sanad hanya bisa terjaga melalui talaqqi—bertemu langsung dengan guru," tegas Ustadz Abu Amr.
Klinik Al-Fatihah ini adalah sebuah penegasan: bahwa dalam dunia yang serba instan, ada hal-hal yang tidak bisa dipersingkat. Bahwa merawat bunyi langit dalam Al-Fatihah adalah juga merawat makna, menyambungkan diri pada rantai kemurnian yang terjaga sejak ribuan tahun silam.
Dan bagi FIXME, ini adalah wujud dari semangat "kembali ke alam"—kembali kepada cara-cara yang alami dan tradisional dalam menjaga kemurnian ilmu agama. "Kami ingin borong pahala dengan menyebarkan ilmu yang manfaatnya terus mengalir. Satu bacaan Al-Fatihah yang benar dari seorang imam, akan mengalirkan pahala kepada seluruh jamaahnya. Itu keberkahan yang tak terhitung," tutup panitia.
---
Disarikan dari "Klinik Al-Fatihah Gratis" yang diselenggarakan dengan dukungan FIXME di Masjid Pemuda Langit, Kabupaten Bogor, pada 30 Agustus 2025.






























Komentar