PAUD (Pentingnya Akhlak Untuk Dia)
- Redaksi

- 9 Sep
- 3 menit membaca

Krisis akhlak dalam dunia pendidikan menjadi kejadian yang terus berulang. Banyak kasus yang terjadi seakan menjadi sinyal banyaknya PR di dunia pendidikan. Siswa melakukan penghinaan bahkan kekerasan fisik terhadap guru serta perusakan barang sekolah merupakan kasus yang sering sekali terjadi, tindakan ini tentunya tidak hanya merusak lingkungan belajar, tetapi merugikan guru terutama orang tua. Krisis akhlak pada anak sendiri dikarenakan adanya penurunan perilaku moral dan etika dengan berbagai faktor seperti:
Pengaruh teknologi dan media sosial
Kemudahan akses terhadap konten negatif, sehingga perhatian anak akan teralihkanĀ dari nilai-nilai positif serta mengurangi interaksi langsung
Lemahnya Keakraban Keluarga
Melansir dari Brown University Ā terdapat beberapa pemicu dari lemahnya keakraban keluarga, seperti
Ā
Komunikasi yang buruk
kebanyakan anggota keluarga umumnya tidak tahu cara berkomunikasi secara terbuka satu sama lain, akibatnya ketika terdapat masalah pada salah satu keluarga sering kali disembunyikan
Kurangnya empati dan dukungan emosional
Kasih sayang dalam keluarga sangat penting agar anak tidak mudah kecewa dengan dirinya sendiri. Anak akan sulit berkembang dan mecoba hal baru jika orang tua sering kali memarahi anak hanya karna melakukan kesalahan kecil, sehingga anak akan lebih merasa takutĀ untuk berbuat kesalahan atau mengalami kegagalan. Orang tua harus menjadi tempat yang aman ketika anak meluapkan emosinya agar anak tidak merasa kesepian atau terisolasi dari orang tuanya.
Membatasi anak secara berlebihan
Termasuk ciri dari toxic parenting, seorang anak membutuhkan arahan dan pengawasan dari orang tua sesuai porsinya agar anak tidak ragu terhadap kemampuan mereka dan memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan, sehingga anak menjadi percaya diri, mandiri dan jujur kepada orang tuanya.
Terlalu menuntut dan mengkritik
Apabila orang tua terlalu menuntut anak untuk sesuai harapan mereka, anak akan merasa tertekan. Tumbuh kembangnya akan terhambat sehingga anak menjadi takut gagal dan terlalu perfeksionis.
Kekerasan dan pelecehan
Anak yang terbiasa dibentak atau dipukul sejak kecil bisa menganggap bahwa hal ini merupakan sesuatu yang wajar, sehingga ia berpotensi melakukan hal yang sama terhadap orang lain atau keturunannya. Anak yang tahu bahwa ini sesuatu yang salah mungkin akan merasa malu. Anak akhirnya menjadi takut untuk meminta pertolongan dan memilih menyembunyikan dari orang lain
Pendidikan Agama dan Moral
Manfaat pendidikan agama dan moral bagi anak dapat membantu anak memahami dan menerima nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kebaikan dan tanggung jawab, sehingga mereka memiliki integritas dan beretika baik. Orang tahu wajib menanamkan nilai-nilai agama dan moral dengan mengajaknya diskusi tentang apa yang baik dan buruk, serta mengenalkan ajaran agama melalui cerita dan diskusi yang relevan dengan usia anak, orang tua juga harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya.
Pengaruh Teman Sebaya
Pergaulan dengan teman sebaya dapat memberikan pengaruh negatif karna tidak adanya dukungan keluarga yang kuat sehingga anak berperilaku negatif seperti berkata kasar, tidak sopan dan tidak mau membantu. Interaksi sehari-hari dengan teman sebaya menjadi ajang anak untuk mengamati dan meniru perilaku temannya, karna teman sebaya berperan sebagai sumber motivasi, dukungan emosional, sehingga jika pergaulan dengan teman sebaya yang baik maka dapat mendorong akhlakĀ mulia, sementara jika pergaulannya buruk maka dapat membawa pengaruh yang buruk pula.
Lingkungan Sosial
Keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, dan media sosial merupakan faktor-faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi akhlak anak. Lingkungan yang positif dengan penuh nilai-nilai baik akan membentuk akhlak yang baik, sementara lingkungan negatif yang penuh dengan perilaku menyimpang dapat merusak akhlak dan menyebabkan pembentukan karakter yang buruk. Keluarga merupakan garda terdepan dalam pembentukan karakter akhlak anak. Keharmonisan keluarga menjadi suatu hal mutlak untuk diwujudkan. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh anggota keluarga maka bisa dipastikan hal yang sama akan menjadi kepribadian dalam diri anak.
Pendidikan akhlak untuk anak harus melibatkan orang tua yang harus menjadi teladan yang baik, menanamkan tauhid sejak dini, mengajarkan sopan santun, memupuk cinta dan kasih sayang, mengajarkan tanggung jawab dan disiplin, serta memperbaiki diri sendiri dan menciptakan lingkungan yang baik bagi anak. Terdapat tiga prinsipĀ yang perlu diingatkan ketika mendidik anak, pertama orang tua harus melindungi anak dengan baik sehingga anak terselamatkan dari murka Allah dan masuk neraka jahanam. Disebutkan dalam tafsir Al-Qurāan Al-āAzhim Ali mengatakan āAjarilah adab dan agama pada merekaā. Kedua, menanamkan rasa tanggung jawab bagi orang tua yang mendidik anak, dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, āSetiap kalian adalah pengatur dan akan ditanya mengenai apa yang telah diatur. Seorang pemimpin negara adalah pemimpin untuk rakyatnya, ia akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di rumah untuk keluarganya dan akan ditanya mengenai tanggung jawabnya. Seorang wanita adalah pengatur untuk rumah suami dan anak suaminya, ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak sahaya menjadi penanggung jawab untuk harta tuanya, ia akan ditanya tentangnya. Ingatlah, setiap kalian itu punya tanggung jawab dan setiap kalian akan ditanya tentang tanggung jawabnya (HR. Bukhari).Ā Ketiga, menghilangkan bahaya pada setiap yang mengarahkan pada penyimpangan. Tanamkan akhlak dari hal yang sederhana pada anak seperti memberi contoh mengucapkan salam saat bertemu orang lain, memperhatikan etika dalam makan yang baik sesuai ajaran agama, mengajarkan rasa kebersamaan dengan saudara muslim yang lain seperti menjenguk orang sakit sebagai salah satu bentuk kepedulian.Ā






























Komentar